A PIECE OF PAPER

Play Song: Bitter Sweet Symphony - The Verve

Ada satu kebiasaan yang menurutku sangat menarik dimiliki oleh sebagian orang. Mereka bisa benar-benar meninggalkan masalah kemarin di tempatnya. Seolah ada kemampuan alami untuk “menutup buku” setiap hari. Apa pun yang sudah terjadi, ya sudah. Hari ini adalah ruang baru, dengan energi dan fokus yang berbeda.


Aku pernah mengagumi kebiasaan itu. Tapi jujur saja, aku sendiri belum tentu bisa.


Mungkin untuk beberapa jenis masalah, iya. Terutama hal-hal teknis, tekanan dari luar, atau hal-hal yang bisa langsung dicari solusinya. Misalnya soal pekerjaan, komunikasi yang macet, kesalahpahaman. Di situ aku masih bisa berpikir: “Apa ini salahku? Bisa diperbaiki nggak? Kalau bisa, ayo pikirkan jalannya.”


Aku terbiasa menyambut masalah dengan logika. Mengandalkan pikiran. Bertahan di mode bertindak. Dan jujurnya, aku cukup nyaman dengan cara itu. Bahkan kadang aku merasa puas, ada semacam rasa lega ketika berhasil menemukan jalan keluar, atau saat aku bisa menunjukkan bahwa aku mampu menyelesaikan sesuatu yang sulit.


Tapi semakin ke sini, aku sadar bahwa tidak semua masalah bisa diselesaikan seperti itu.


Ada jenis masalah yang lain yang tak bisa diselesaikan dengan berpikir atau mencari solusi. Kehilangan, pengabaian, pengkhianatan. Masalah-masalah yang sifatnya pribadi, emosional, dan sangat menyentuh ke inti diri.


Masalah seperti ini… berbeda. Ia tak bisa diurai dengan cepat. Dan lebih dari itu, ia seringkali mengikis rasa percaya diri yang selama ini aku bangun.

Aku bukan lagi orang yang tahu harus ngapain. Aku bukan lagi orang yang siap mencari solusi.

Aku hanya seseorang yang merasa kosong, kalah, dan ingin lari.


Di saat seperti itu, aku menemukan rasa yang lebih sulit lagi: malu.

Malu karena aku tidak mampu menghadapi dengan “cara biasa”.

Malu karena aku merasa hancur, padahal biasanya aku bisa tegar.

Malu karena tidak bisa melindungi diri dari luka.


Dan rasa malu itu… tidak terlihat dari luar. Tapi terasa sangat jelas di dalam diri. Rasanya seperti dipermalukan oleh hidup, dan tidak punya pembelaan. Padahal tidak semua hal bisa dikendalikan. Tapi tetap saja aku merasa gagal.


Sampai di titik tertentu, tubuh dan pikiranku berhenti. Tidak bisa berpikir, tidak bisa menerima.

Yang bisa aku lakukan hanyalah menghindar, pura-pura tidak terjadi apa-apa.

Dan sejujurnya, itu tidak membuat masalahnya hilang. Tapi setidaknya memberi jeda.

Sampai aku benar-benar siap untuk melihatnya apa adanya.


Dan anehnya, setelah semua itu berlalu…

Selalu ada hal yang berubah dalam diriku.


Mungkin tidak langsung. Tapi setelah melewati satu masalah besar setelah semua perasaan campur aduk itu lewat aku menyadari bahwa aku sudah bukan aku yang dulu.

Sudah ada bagian dalam diriku yang lebih dewasa.

Sudah ada cara berpikir yang lebih jernih.

Dan, meskipun masih takut, aku mulai belajar untuk menerima.


Tumbuh itu ternyata tidak selalu terasa menyenangkan.

Seringkali ia muncul dari proses hancur yang panjang.

Kita pikir kita kalah. Tapi ternyata dari kekalahan itu, kita dipaksa belajar cara baru untuk berdiri.


Hari ini aku tidak mau mengagung-agungkan luka. Tidak semua rasa sakit itu bermakna.

Tapi aku juga tidak bisa memungkiri bahwa dari beberapa rasa sakit, aku belajar sesuatu yang tidak pernah bisa diajarkan oleh hari-hari biasa.


Dan meskipun sering merasa kalah, aku ingin mulai berdamai dengan perasaan itu.

Aku tidak harus selalu punya jawaban.

Aku tidak harus selalu kuat.

Yang penting adalah aku terus jujur pada diriku sendiri.

Bahwa aku sedang berproses, dan tidak apa-apa kalau prosesnya pelan.

Play song: Rivers and Roads - The Head and The Heart

Ada satu kalimat yang akhir-akhir ini sering terlintas di pikiranku:

“Kenapa manusia justru berkembang saat berada dalam cobaan dan ketidaknyamanan, bukan saat nyaman?”

Setiap kali aku melewati masa sulit entah karena keadaan, orang lain, atau pikiranku sendiri aku selalu merasa seperti gagal. Dunia terasa sempit. Hati terasa kosong. Motivasi lenyap. Tapi anehnya, waktu terus berjalan, dan tanpa kusadari aku perlahan bangkit. Entah karena aku memaksa diriku keluar dari titik itu, atau karena keadaan memaksaku bergerak.

Ketika berhasil melewati cobaan itu, aku sadar bahwa aku tumbuh. Bahwa di balik rasa gagal itu, ada pelajaran yang diam-diam membentuk aku jadi lebih kuat. Tapi saat aku berada di zona nyaman, semua jadi berbeda. Rasanya semua baik-baik saja. Tidak ada tekanan, tidak ada tantangan. Tapi justru karena itu, aku jadi terlalu santai. Banyak hal yang terlewat. Banyak peluang yang tidak aku ambil. Sampai akhirnya, masalah datang sendiri, dan siklus itu berulang lagi.

Lalu aku bertanya,

“Apa mungkin memang begitu cara alam bekerja?”

Aku sering membayangkan hidup ini seperti permainan. Kita masing-masing adalah karakter utama dalam game kita sendiri. Dan alam adalah medannya penuh rintangan, peraturan, kesempatan, dan misteri. Kita diberi kekuatan, tapi bukan sejak awal. Kekuatan itu didapat dari seberapa banyak game kita lewati. Dari seberapa banyak kita jatuh dan mencoba bangkit. Dari seberapa sering kita belajar bukan hanya dari keberhasilan, tapi justru dari kegagalan.

Contohnya saja, orang-orang yang hidup di iklim ekstrem. Mereka yang tinggal di tempat-tempat dengan empat musim keras, bencana alam, atau sumber daya terbatas seringkali justru lebih kreatif, tahan banting, dan tangguh. Kenapa? Karena alam memaksa mereka untuk bertumbuh. Kalau mereka mau bertahan, mereka harus berubah, harus berkembang. Berbeda dengan mereka yang tinggal di tempat nyaman, di mana segalanya tersedia tanpa banyak usaha. Kadang kenyamanan adalah jebakan diam-diam yang membuat kita tidak pernah benar-benar mengenal kekuatan kita sendiri.


Pertanyaan yang Selalu Mengusik: Untuk Apa Aku Hidup?

Sejak aku mulai bisa berpikir mandiri sekitar umur 16 tahun aku mulai merasa bahwa hidup ini harus punya tujuan. Tapi tidak seperti yang diajarkan banyak orang: bahwa tujuan hidup adalah menjadi sukses.

Karena menurutku, sukses itu bukan sesuatu yang absolut. Seseorang bisa menjadi sangat kaya, terkenal, berkuasa… tapi tetap merasa kosong dan tidak bahagia. Sementara orang lain yang hidup sederhana, jauh dari sorotan, justru bisa hidup dengan tenang, bersyukur, dan penuh makna. Jadi, sukses bukan ukuran sejati.

Tapi masalahnya, sampai sekarang, di usia 23 tahun ini, aku belum tahu apa sebenarnya tujuan hidupku. Yang aku tahu, pertanyaan itu “apa tujuan hidupku?” justru menjadi alasan kenapa aku terus bertahan hidup. Karena selama aku terus bertanya, selama aku terus mencari, aku tahu aku belum selesai.

Aku yang Sekarang: Hasil Keputusan, dan Ketidakterputusan

Aku percaya bahwa aku hari ini adalah hasil dari keputusan yang aku buat di masa lalu. Tapi kalau jujur, lebih banyak keputusan yang tidak aku ambil dibandingkan yang aku ambil. Dan itu sering membuatku berpikir:

“Kalau saja waktu itu aku berani… Kalau saja aku tidak takut… Kalau saja aku lebih rajin…”

Tapi aku sadar, hidup bukan tentang “kalau saja”. Karena waktu tidak pernah mundur. Kalau aku terus ingin kembali ke masa lalu untuk memperbaiki hari ini, maka masa lalu itu akan menjadi masa kini, dan masa kini akan jadi masa lalu baru. Aku akan terus berputar dalam lingkaran tanpa ujung.

Jadi aku berhenti di situ. Aku memilih maju. Karena waktu selalu bergerak ke depan.


Kenapa Aku Terasa “Biasa-Biasa Saja”?

Kadang aku merasa bahwa hidupku terlalu biasa.
Aku tidak pernah sekolah di tempat favorit. Saat mencoba masuk SMA unggulan, gagal. Saat mencoba masuk PTN, gagal juga. Prestasiku tidak istimewa. Mungkin justru saat SMA dan kuliah aku merasa lebih berkembang tapi tetap saja, aku bukan yang terbaik.

Bukan karena aku bodoh. Aku tahu aku bisa. Tapi kenyataannya…
rasa malas dan takut itu terlalu kuat. Aku sering menahan diri. Tidak memberi usaha terbaik. Mungkin karena sudah terbiasa kecewa. Mungkin karena merasa terlalu sering gagal.
Dan akhirnya, kegagalan itu sendiri menjadi hal yang biasa.

Saat gagal, aku tidak lagi terlalu sedih. Aku hanya merasa, “yah, sudah biasa.”
Saat berhasil pun, aku tidak benar-benar merasa bangga. Rasanya seperti “bonus”, seperti keberuntungan. Bukan hasil kerja keras.

Tapi dari semua itu, aku belajar satu hal:
Aku tidak mau lagi hidup untuk jadi nomor satu versi orang lain.
Aku ingin jadi nomor satu versiku sendiri.
Aku ingin terus mengalahkan diriku yang kemarin, dua tahun lalu, lima tahun lalu.
Karena perjalanan ini bukan tentang menang. Tapi tentang terus menjadi lebih baik.


Dunia Ajaib yang Ingin Aku Bangun Kembali

Sejak kecil, aku punya satu imajinasi:

“Aku ingin hidup dalam dunia yang aku ciptakan sendiri. Dunia yang penuh makna. Penuh keajaiban. Tidak perlu diketahui orang lain. Cukup aku yang tahu. Dunia tempat aku bisa jujur dan hidup dengan cara yang aku inginkan.”

Tapi ketika tumbuh dewasa, aku mulai melihat bagaimana masyarakat bekerja. Aku mulai terbawa. Ingin dipuji. Ingin diakui. Ingin dianggap hebat.
Tapi ternyata… itu sangat melelahkan.
Aku merasa kehilangan diriku sendiri.
Dan hari ini, aku memutuskan pelan-pelan untuk kembali membangun dunia ajaibku.
Dunia yang tidak bergantung pada opini orang lain.
Dunia yang tidak menunggu tepuk tangan.
Dunia yang hanya tentang aku dan hidupku yang aku maknai, aku bentuk, aku jalani dengan cara yang paling jujur.
Play Song: Muse - Uprising

Seperti yang kita tahu, tahun ini adalah tahun di mana pesta demokrasi akan berlangsung. Tanggal 14 Februari 2024 nanti, seluruh rakyat Indonesia akan memilih siapa yang akan memimpin Indonesia untuk 5 tahun ke depan.

Gen Z jadi pusat perhatian dalam Pemilu kali ini. Data DPT dari KPU RI nunjukin bahwa sekitar 22,85% dari total pemilih di Pemilu 2024 adalah Gen Z. Mereka nangkring di posisi kedua setelah Milenial. Dan kalo kita lihat data BPS tahun 2020, Gen Z memang jadi generasi paling banyak jumlahnya di Indonesia, sekitar 27.94%.

Menurut Pew Research Center, Gen Z ini lahir dari tahun 1997-2012. Dan dalam hal pemilu, Gen Z bakal jadi penentu banget. Yang berusia 17-21 tahun di 2024 ini baru pertama kali nyoblos, sementara yang lebih tua udah punya pengalaman ikutan pemilu sebelumnya.

Pada Pemilu 2019, partisipasi pemilihnya lumayan tinggi, mencapai 81,9%. Prestasi bagus dari Pemilu 2019 jadi standar buat kita di Pemilu 2024. Targetnya nggak cuma partisipasi tinggi, tapi juga kualitas pemilihnya harus oke.

Saat ini, di Indonesia selain di fase Pemilu juga masuk ke era digitalisasi pasca pandemi. Keadaan ini bikin semuanya beralih ke media sosial. Sejak pandemi, semua aktivitas yang biasanya di luar jaringan (luring/offline) jadi di dalam jaringan (daring/online). Work from Home, School from Home, semua jadi daring. Dan bukan cuma itu, segala aktivitas lainnya juga pindah ke dunia maya, dari hiburan, belanja, sampe ke aktivitas sosialisasi.

Dalam hal media, pandemi bikin pola konsumsi media dan pencarian informasi berubah total.

Kerasa banget dampaknya, terutama dari sisi masyarakat Indonesia. Data menunjukkan kalo sejak pandemi, makin banyak orang Indo yang sibuk di media sosial. Gak cuma itu, jumlah orang yang punya smartphone juga terus naik setiap tahun. Dan yang paling banyak ngabisin waktu di internet itu generasi Gen Z. Jadi, intinya, sebagian besar masyarakat Indo, khususnya Gen Z, kemungkinan besar nyari info dari media sosial.

Dari situ, kita bisa ambil benang merahnya bahwa media sosial bakal jadi faktor penting banget buat ngegoda perhatian dan dukungan Gen Z di Pemilu 2024. Strategi kampanye yang oke mesti bisa manfaatin platform digital buat nyampein pesan yang bener-bener nyambung dan menarik buat generasi ini. Plus, harus paham gimana media sosial bekerja dan gimana Gen Z bermain di sana.

Tapi media sosial sekarang nggak bisa dianggap tempat netral buat dapetin info soal pemilu. Media sosial dikendalikan sama sistem AI (Artificial Intelligence) yang pakai algoritma berdasarkan data dan analitik dari kebiasaan dan tingkah laku penggunanya. Hasilnya, kadang kita masuk ke efek bubble, di mana kita cenderung tenggelam dalam informasi yang cuma mengonfirmasi pandangan kita sendiri.

Efek bubble ini bisa jadi masalah serius, apalagi buat Pemilu 2024. Bisa bikin polarisasi dan ketidakpahaman antar kelompok pemilih. Gen Z, yang doyan cari info di media sosial, bisa aja terperangkap dalam satu sudut pandang tanpa lihat gambaran penuh dari berbagai perspektif. Ini bisa ngancurin prinsip dasar demokrasi, di mana pemilih mestinya bisa bikin keputusan yang informatif dan rasional berdasarkan pemahaman menyeluruh.

Ini contoh kasus yang kita hadapi sekarang dengan aplikasi TikTok yang lagi hits banget di kalangan Gen Z. Menurut laporan We Are Social bulan Oktober 2023, Indonesia punya sekitar 106,51 juta pengguna TikTok, dan itu menjadikan kita negara dengan pengguna TikTok terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

TikTok punya algoritma yang disebut For You Page (FYP), yang bekerja dengan menganalisis tingkah laku pengguna, seperti video yang mereka tonton, like, dan share, terus mengenali pola minat mereka. Seiring waktu, FYP bakal tampilkan konten yang dianggap paling sesuai dengan selera masing-masing pengguna.

Tapi, ini punya sisi bahayanya. Misalnya, ada seorang pengguna TikTok yang awalnya gak punya preferensi kandidat apa-apa. Atau mungkin punya sedikit ketertarikan ke salah satu kandidat, katakanlah kandidat A karena udah pernah denger atau lihat sebelumnya. Awalnya dia juga gak punya kebencian terhadap kandidat-kandidat lain. Nah, AI dari algoritma FYP baca hal ini, dan mereka putusin untuk ngasih konten-konten positif tentang kandidat A biar pengguna makin suka sama kandidat A.

Seiring waktu, pengguna itu terus dapet konten-konten positif tentang kandidat A. Yang awalnya dia cuma tertarik, lama-lama jadi suka banget. Begitu dia udah di level suka banget, AI bakal makin gencar ngasih konten positif tentang kandidat A, ditambah dengan konten negatif tentang kandidat-kandidat lain buat bikin pengguna semakin suka sama kandidat A.

Dan ini berbahaya, karena pengguna yang udah suka banget, kemungkinan besar bakal jadi penggemar fanatik kandidat A. Lama-lama, dia bahkan bisa mengkultuskan kandidat A. Bagi dia, kandidat A itu sosok yang sangat berharga, sangat sempurna, bisa melakukan apa aja, sesuai dengan impian dia, dan nggak mungkin bisa melakukan kesalahan. Jadi kalau ada orang yang ngomong buruk soal A, dia langsung asumsi orang itu iri. Kalau ada skandal yang melibatkan kandidat A, dia akan asumsi kalau itu cuma settingan.

Efeknya, pandangan pengguna tentang kandidat lain ikut berubah. Awalnya mungkin gak benci, tapi karena terus dapet konten negatif soal kandidat-kandidat lain, akhirnya jadi membenci. Dari benci, bisa berkembang jadi sangat membenci sampai ke tahap nggak nyangka masih ada yang dukung kandidat-kandidat lain padahal mereka jelas-jelas buruk, bahkan sampai melakukan pembohongan publik menurut pandangannya.

Ini baru satu pengguna TikTok, gimana dengan 106,51 juta pengguna TikTok lainnya? Inilah yang bisa bikin polarisasi sangat berbahaya, bisa menyebabkan perpecahan di masyarakat, teman, atau bahkan keluarga. Ingat kasus "echo chambers" pada pemilihan presiden Amerika tahun 2016 dan 2020? Media sosial kaya Facebook banyak disalahkan karena menciptakan "echo chambers," di mana pemilih terpapar terutama pada pandangan yang udah ada, dan berita palsu atau informasi yang bias sering kali tersebar luas.

Setelah kita nyadar akan bahayanya polarisasi di media sosial, sekarang waktunya buat kita lebih aware dalam nyari informasi terkait pemilu, khususnya di media sosial. Kita perlu ubah kebiasaan yang gampang percaya dan langsung terbawa perasaan cuma gara-gara nonton potongan video pendek yang durasinya cuma 15-60 detik.

Kita tahu kan, Gen Z lebih seneng sama video pendek yang cepet, kasih info atau hiburan dalam waktu singkat, dan visual yang langsung nyeret perhatian daripada baca artikel panjang yang seringkali dianggap membosankan. Apalagi kalau bahasanya formal, bisa-bisa langsung di-skip.

Tapi, disayangkan banget kalau kita cuma milih calon pemimpin Indonesia berdasarkan apa yang muncul di FYP kita doang, tanpa mikir lebih jauh. Apalagi alasan-alasan absurd kayak "saya pilih kandidat Z karena dia kayak OPPA," atau "saya dukung kandidat X karena GEMOY,"  "saya memilih kandidat ini ya karena kasian sudah 3 kali mencalonkan tetapi belum juga menang" atau  "saya pilih kandidat Q karena anaknya tampan.".

Gimana sih, omong kosong kaya gitu bukan alasan yang masuk akal. Ini semua cuma akibat dari nyerap info di media sosial tanpa diolah dan dikritisi lebih dulu. Kita perlu lebih bijak dan kritis dalam menerima informasi, jangan cuma langsung nurut sama apa yang kita lihat di media sosial. Kalau enggak, bisa-bisa kita salah pilih nanti, dan yang rugi kan kita sendiri.

Jujur, bikin gemas juga ya liat orang-orang yang nggak mau repot-repot mencari informasi dengan serius. Padahal sekarang udah banyak banget sumber informasi yang gampang diakses. Debat capres, misalnya, udah bisa ditonton ulang kapan aja. Ada juga referensi dari para ahli dalam bentuk video dan podcast, dan juga rekam jejak, gagasan, rangkuman debat semua kandidat, semua calon yang valid bisa di akses di internet kaya website www.bijakmemilih.id.

Tapi ya, balik lagi ke kita masing-masing. Mau nerima informasi dari mana, itu pilihan. Apakah kita mau terjebak di dalam 'bubble' yang cuma nampilin apa yang kita suka, yang belum tentu bener atau baik buat kita, atau mau lebih jeli menjelajah apa yang sebenernya kita butuh dan yang terbaik buat kita.

Terus ada pertanyaan "emang penting milih pemimpin negara?" Ya, jawabannya tergantung situasinya. Kalo kamu warga negara dan kebijakan pemimpin negara itu nyentuh 50% kehidupanmu, pasti penting dong. Tapi kalo kamu bukan warga negara sana dan kebijakan dia nggak ngaruh banyak buatmu, ya mungkin nggak se-"life and death" itu.

Pemimpin negara punya kekuasaan besar. Mereka bisa bikin kabinet kaya menteri-menteri, ngasih perintah eksekutif, bisa mengangkat pejabat tinggi, penggunaan anggaran negara yaitu uang kita semua, dan masih banyak lagi otoritas-otoritas besar lainnya. Memang otoritas itu semua nggak berdampak ke 50% kehidupan kita?

Terus, Kesejahteraan ekonomi kaya penciptaan lapangan kerja, penentuan UMR/UMK, dan pajak memang siapa yang mengatur? Akses Pendidikan dan Kesehatan kaya kurikulum pendidikan, BANSOS, BPJS memang siapa yang mengatur? Belum lagi perlindungan HAM dan keadilan hukum, memang siapa yang mengatur hal-hal itu semua? Menteri-menteri? Memang siapa yang memilih menteri kalau bukan Pemimpin Negara?

Kalau masih mau memilih pemimpin negara dari hal-hal viral aja, jangan mengeluh kalau nanti susah dapat pekerjaan, jangan mengeluh kalau UMR/UMK nggak sebanding sama pekerjaannya, atau jangan mengeluh pajak di caffe favorit jadi mahal. Dan jangan protes kalau jam sekolah panjang bareng tumpukan tugas, jangan protes kalau obat BPJS nggak sebagus obat yang bukan BPJS, jangan protes karena banyak yang gizi buruk.

Intinya, milih pemimpin negara itu tanggung jawab besar yang nyambung sama masa depan dan kesejahteraan kita. Sebagai warga negara, kita punya peran aktif buat nentuin arah kebijakan pemerintah yang bakal ngaruh ke berbagai aspek kehidupan kita. Jadi, jangan anggep remeh, dan kita perlu mikirin pilihan kita dengan serius.

Jangan sampe kita cuma ngikut isu-isu yang sementara atau lagi ngehits aja. Lebih baik kita bener-bener ngerti program, visi misi, dan rekam jejak calon pemimpin. Pemilihan yang bener-bener dipikirin bakal bawa dampak positif jangka panjang buat pembangunan dan kemajuan negara. Dengan ngerti tanggung jawab ini, kita bisa aktif banget dalam bentuk partisipasi kita dalam proses demokrasi.

Sources :

Jurnal GENERASI Z DALAM PEMILU: POLA BERMEDIA GENERASI Z DALAM PENCARIAN INFORMASI POLITIK by Nona Evita

Jurnal Pengaruh Media Sosial terhadap Partisipasi Politik Warga Negara: Dampak Positif dan Negatif by Dilla Agis Dwiyanti, Isri Nurani, Muhammad Nuryana Alfarizi, Rifa Datul Hubbah

Polarisasi Fanatisme dan Konspirasi | Ft @BryanFurran @skinnyindonesian24 @SarahOsiChannel by Ferry Irwandi

Play Song: Michael Jackson - Heal the World

Ada satu hal penting yang sebaiknya orang Indonesia tahu tentang Palestina: bahwa secara de facto Palestina tidak berada di bawah satu otoritas, tapi dua. Ini de facto ya, bukan de jure. Kalau de jure, ya satu negara di bawah Otoritas Palestina (PA/Palestinian Authority), pemerintah yang diakui PBB. PA juga diakui Israel sebagai pemerintah resmi Palestina, jadi mereka berunding dengan PA.

Masalahnya, tahun 2007 terjadi perang antara Fatah dan faksi Hamas yang beraliran Islamis (Ikhwanul Muslimin) yang basis kuatnya di Jalur Gaza. Perang ini menghasilkan pemisahan otoritas antara PA dan Hamas.

Lihat peta di atas. Palestina, sesuai dengan kesepakatan tahun 1967, wilayahnya ada dua: Jalur Gaza di kiri bawah berbatasan dengan Mesir dan yang besar di sebelah kanan bentuknya seperti ginjal, Tepi Barat (West Bank) yang berbatasan dengan Yordania.

Tepi Barat walau di peta ada di sebelah Timur, disebut demikian karena wilayah ini ada di tepi Barat sungai Yordan. Dinamai demikian oleh Yordania karena daerah ini memang dulu milik Yordania. Ibukota Palestina ada di sini, yaitu Ramallah, tempat PA yang didominasi oleh partai Fatah (partai nasionalis Palestina yang didirikan Yasser Arafat) menjalankan pemerintahannya. Sejak perang Fatah-Hamas, wilayah kekuasaan PA hanya di Tepi Barat ini saja.

Menurut Wikipedia, sejak 2007 ekonomi Tepi Barat terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi 4–5% dan pengangguran menurun hingga 3%, upah meningkat lebih dari 20% di tahun 2008 dan perdagangan meningkat hingga 35%. Pariwisata juga ramai, khususnya di kota-kota Bethlehem (ramai saat Natal) dan Jericho. Harapan hidup mencapai 73.4, sedikit lebih tinggi bahkan daripada Yordania dan Turki. Peningkatan GDP tahun 2013 mencapai 12%.

Jadi ya hidup di Tepi Barat itu cukup enak.

Munib al-Masri, orang Palestina terkaya

Rami Kashou, desainer internasional dari Palestina

Samar Qawasmi dari Universitas Bethlehem dinobatkan sebagai Duta Palestina untuk Warisan Budaya dan Cerita Rakyat

Tentang daerah elit Rawabi

Melihat gambar-gambar di atas, tidak seperti yang kita bayangkan sebelumnya, ternyata orang Palestina ada yang kaya dan cukup banyak yang kelas menengah.

Tentunya ini bukan berarti konflik dengan Israel tidak ada di Tepi Barat. Konflik ini biasanya seputar pembangunan pemukiman Yahudi yang menyalahi kesepakatan internasional untuk meluaskan area C (daerah pendudukan Israel di Tepi Barat).

Jalur Gaza lain cerita. Pasca perang 2007, daerah ini dikuasai oleh Hamas dan Jihad Islam, dua organisasi Islamis yang menolak berdamai dengan Israel. Jadi sejak penarikan mundur tentara Israel dari Gaza, Israel menerapkan blokade terhadap Gaza (begitu juga Mesir). Dampaknya tentunya adalah kemiskinan parah di daerah padat penduduk ini. Pengangguran di Gaza mencapai 41% pada 2008. 70% hidup di bawah garis kemiskinan menurut statistik 2009. Kehidupan rakyat Gaza bergantung pada donor luar negeri dan bantuan kemanusiaan.

Pada 2010 Israel melonggarkan blokadenya, sehingga ekonomi Gaza sedikit meningkat dengan ekspor impor hasil pertanian dan industri kecil. Seorang pejabat Hamas mengatakan di tahun 2012 bahwa ekonomi Gaza bersifat mandiri, kecuali untuk listrik dan bensin yang bergantung dengan Israel. Ini berarti rakyat Gaza masih mengalami mati listrik bisa sampai 16 jam sehari (menurut laporan UE 2014), yang berarti pompa-pompa untuk penyulingan air bersih tidak bisa bekerja, dan Gaza mengalami krisis air bersih, krisis pelayanan rumah sakit, dan lain - lain.

Kampung kumuh di Gaza

Pariwisata pantai di Gaza

Gaza City

Gaza City

Gaza memang sengaja dibikin sengsara oleh Israel untuk menjatuhkan popularitas Hamas. Dari Gaza inilah roket-roket milik Hamas dan Jihad Islam meluncur ke wilayah Israel, yang lalu dibalas dengan pesawat Israel menjatuhkan bom ke rumah-rumah pejabat Hamas dan/atau Jihad Islam.

Jadi di Gaza inilah yang sering suasananya mirip perang. Sewaktu-waktu roket bisa meluncur dari daerah padat penduduk, dan rakyat Gaza harus siap-siap pesawat-pesawat Israel melancarkan pembalasan.



Source:

De facto

Konflik Fatah-Hamas

Tepi Barat

Jalur Gaza

Munaib al-Masri

Rami Kashou

New Palestinian city rises with sleek homes, boutiques





Play Song: John Lennon - Imagine

Hmmm… ambisi, ya?
Karena masalah ini begitu kompleks, sepertinya kita harus kembali jauh kebelakang untuk melihat sejarahnya. Saya coba menceritakannya dengan gaya saya sendiri.

MASA SEBELUM KEMERDEKAAN ISRAEL MODERN

Semua bermula pada abad pertama, tepatnya pada bulan Agustus, tahun 70 Masehi.
Ketika orang Yahudi habis, dilibas oleh orang-orang romawi (Pengepungan Yerusalem).
Yang terkenal adalah jendral Titus, jendral romawi yang meratakan kota Yerusalem dan Bait Allah. 
Dan sejak saat itu orang Yahudi berserak ke seluruh penjuru, mereka tidak lagi mendiami tanah mereka, Yerusalem.

Mereka hidup luntang-lantung, terusir, dikejar, ditangkap, didera, dan dibantai. Mulai dari saat itu mereka hidup sebagai bangsa pelarian. Pada abad-abad selanjutnya, mereka mendapatkan penolakan dari orang-orang Kristen, yang pada masa itu masih Katolik, karena Protestan belum ada. Saat itu orang-orang Kristen seperti merasa bahwa merekalah (orang Yahudi) yang menganiaya dan membunuh Yesus. Menyebabkan seperti ada dendam khusus dari orang Kristen terhadap orang Yahudi, sehingga mereka menjadi sasaran kebencian. Pada masa perang salib, di daerah Portugis, 20.000 orang Yahudi dibantai dan dijarah, rumah ibadah mereka dibakar, ber truk-truk kitab suci mereka dikumpulkan dan dibakar.

Dari Portugis, mereka lari ke Prancis. Sejak jaman Babilonia, karena terbiasa terbuang, terbiasa menjadi bangsa pengembara, bangsa pendatang, orang-orang Yahudi menjadi lebih pintar dalam berdagang, lebih giat dan tekun. Sehingga perekonomian mereka selalu lebih cepat berkembang dibanding dengan orang-orang lokal. Begitu juga di Prancis, mereka dibenci dan diusir.

Dari Prancis, mereka ke Spanyol, dan mendapatkan perlakuan yang sama, bahkan yang paling buruk adalah perlakuan dari orang-orang Kristen Spanyol.
Pada tahun 1.400-an, para orang Yahudi di Spanyol dipaksa untuk masuk Kristen atau pergi dari negara tersebut, dan bahkan bisa sampai dieksekusi mati jika menolaknya.
dan lagi-lagi, mereka lari dari negara tersebut, mereka lari dari Spanyol.

Dari Spanyol, mereka ke Jerman. Bak lingkaran setan, kejadian terus berulang.
Perekonomian mereka lebih baik dari orang-orang Jerman itu sendiri, orang Jerman merasa iri dan mereka diusir. Lagi-lagi mereka lari. Tapi kali ini mereka terpecah, ada yang ke Belanda, Polandia, Rusia. Dan tetap mengalami hal yang sama di negara-negara tersebut.

Di Rusia dan Polandia pada tahun 1.800-an, pemerintah setempat tidak melarang tidak kekerasan terhadap orang Yahudi, rumah atau toko orang Yahudi dijarah, dan tidak ada sama sekali perlindungan, orang lokal yang berhutang kepada orang Yahudi tidak wajib membayar.
Mereka menyebutnya 
pogrom.

Jadi, selama hampir 2.000 tahun, bangsa Yahudi telah terusir, bangsa tak bernegara, mengalami penolakan, perlakuan tidak adil, penyiksaan sampai pembunuhan, sehingga mewarisi kebencian terhadap dunia.

AWAL MULA ZIONIST

Begitu gerakan anti Yahudi menyebar di seluruh negara Eropa, ada seorang Yahudi bernama Theodor Herzl yang merasa harus melakukan sesuatu untuk hal itu, sudah cukup penderitaan bangsa Yahudi. Pada tanggal 14 Mei 1896, Theodor Herzl membuat proposal dalam tulisannya der judenstaat.

Kurang lebih isinya untuk meminta suatu wilayah supaya orang Yahudi mendapatkan sebuah wilayah untuk didiami, tanpa diperlakukan dengan tidak adil dan diusir. Dalam tulisan tersebut disebutkan juga bahwa bangsa Yahudi akan ikut membangun dan berkontribusi untuk wilayah/negara sekitarnya.

Pada waktu itu yang diusulkan adalah Palestina dan Argentina, karena Palestina adalah tanah nenek moyang orang Yahudi dan Argentina adalah tempat di mana ada komunitas orang Yahudi yang terbesar.

Theodor Herzl

Hal tersebut telah didengar oleh banyak orang Yahudi dan itu menjadi mimpi dan visi yang panjang bagi orang-orang Yahudi termasuk Theodor Herzl.

Sejak itulah kata zionist terdengar dimana-mana, terutama dikalangan orang yahudi.
'Return to Zion'
'Kembali ke Sion'

YAHUDI PADA MASA REFORMASI KRISTEN DI JERMAN

Sementara mereka sedang dan masih diperlakukan secara tidak adil, terjadilah reformasi besar dalam kekristenan, yaitu Reformasi Protestan di Jerman oleh Martin Luther. Pada masa ini, orang Yahudi diperlakukan lebih baik, karena Martin Luther bersikap 'wellcome' kepada orang Yahudi, mereka diberikan lebih banyak kebebasan, mereka diberikan kewarganegaraan Jerman.

Orang Yahudi bertumbuh kembali di Jerman pada saat era reformasi Kristen dan bertambah banyak populasinya.

YAHUDI PADA MASA PEMERINTAHAN NAZI

Sayangnya, kondisi berubah 180' pada masa Hitler dengan Nazi-nya memegang kendali. Dengan kebencian yang sangat gila, Hitler membunuh begitu banyak orang Yahudi dengan berbagai cara. Gas beracun, dibiarkan kelaparan, ditembak mati. Hitler melakukan boikot terhadap orang Yahudi secara nasional. Orang Yahudi bebas untuk di perkusi dan dibunuh, baik di jalan, dirumah, dimanapun.

Hitler 'si gila', menganggap ras arya adalah ras yang paling unggul. Sejak tahun 1940–1945, sudah ada sekitar 200.000 orang dibunuh hanya karena cacat atau dianggap cacat, tidak sehat dan ras rendah, tidak peduli apakah itu orang yang sudah tua, orang muda, anak-anak, bayi. Mereka dibunuh dengan dimasukkan ke kamar gas, bayi dan anak-anak penyandang cacat disuntik mati atau dibiarkan kelaparan. Mayat mereka dimasukkan ke dalam oven besar yang disebut kremetorium.

Kuburan para korban di Hadamar.

Kuburan para korban di Hadamar.

9 November 1938 aksi kekerasan pecah secara massive, dalam waktu hanya 2 hari lebih dari 250 Sinagog Yahudi dibakar, lebih dari 7.000 tempat usaha orang Yahudi dirusak dan dijarah. Begitu juga rumah tempat tinggal orang Yahudi, sekolah, rumah sakit, semua dijarah dan dibakar. Aparat keamanan tidak mencegah dan malah mendukung semua perbuatan itu.

Pada keesokan harinya, 30.000 laki-laki orang Yahudi ditangkap dengan dakwaan kejahatan bahwa mereka lahir sebagai orang yahudi. Mereka ditempatkan didalam kamp-kamp konsentrasi, dan banyak dari mereka yang tewas.

Berikut adalah foto-foto pada masa itu.

hancurnya sinagog Fasanenstrasse

toko-toko orang Yahudi yang dihancurkan.

Karena begitu ngerinya keadaan pada saat itu, sekitar 900 orang Yahudi berhasil melarikan diri dengan kapal st. Louis menuju Kuba.

Namun sayang, negara Kuba yang sudah setuju untuk menampung mereka, menarik balik keputusannya. Dengan begitu, mereka melanjutkan pelariannya menuju Florida dan mereka juga ditolak. Jadilah mereka terkatung-katung tanpa tujuan, tidak mungkin kembali ke Jerman dan ditolak dimana-mana.

Sampai pada akhirnya Inggris membantu untuk melobi beberapa negara relasinya. Dan akhirnya Belgia, Belanda, Prancis, dan Inggris itu sendiri membagi-bagi orang Yahudi yang ada di kapal tersebut untuk ditampung.

orang yahudi di kapal st. Louis.

Mendengar hal itu, bahwa beberapa negara tersebut menampung para pelarian Yahudi dari Jerman, Hitler menjadi murka.

Pada saat itu Yahudi berkuasa di berbagai daerah, maka Hitler memerintahkan untuk menangkap semua orang Yahudi yang ada di daerah kekuasaan Jerman. Mereka ditangkap dan dimasukkan ke kamp-kamp konsentrasi, tidak diberi makan dengan layak. Sehingga istilah 'tinggal tulang berbalut kulit' benar-benar terjadi secara harafiah.

Salah satu kamp yang terkenal adalah kamp Auschwitz.

foto-foto para yahudi penghuni camp konsentrasi


Ada 3 juta orang Yahudi yang dibantai Hitler pada tragedi Holocaust, dan sebelumnya dibawah Nazi sudah ada 3 juta orang Yahudi telah dibantai.
Jadi total kira-kira sebanyak 6 juta orang Yahudi mati, artinya pada saat itu 2/3 dari orang Yahudi dibantai.

Karena jumlah korban yang begitu massive, bencana besar, dan menjadi perhatian internasional, maka bergemalah kembali apa yang dikatakan oleh Theodor Herzl.

PERANG DUNIA I

Mundur sedikit, pada saat itu daerah Palestina sudah dikuasai oleh Inggris karena menang perang pada tahun 1914–1918 (PD I) terhadap kekaisaran Ottoman Turki. Perang tersebut terjadi karena pemberontakan Arab Saudi untuk lepas dari kekuasaan Ottoman. Arab Saudi meminta bantuan Inggris dan Prancis dengan perjanjian membagi daerah kemenangan. Dan mereka menang, mereka membaginya, Inggris mendapat wilayah Palestina.

Ada seorang Yahudi kaya, dia sangat mendukung pemikiran dari Theodor Herzl, namanya adalah Rothschild. Dengan kekayaan dan pengaruhnya, Rothschild melakukan lobi kepada Inggris supaya bisa membeli tanah Palestina untuk didiami oleh orang-orang Yahudi. Maka terjadilah deklarasi balfour yang menjanjikan rumah nasional untuk bangsa Yahudi.

deklarasi balfour, 2 November 1917

PERANG DUNIA II

Perang ini melibatkan lebih dari 30 negara. Penyebab perang dunia 2 dipicu oleh invasi Nazi 1939 ke Polandia, perang berlarut-larut selama enam tahun hingga Sekutu mengalahkan Nazi Jerman dan Jepang pada 1945.

Dengan kalahnya Jerman, maka semakin kuat gerakan zionisme, sampai pada akhirnya PBB membagi tanah Palestina menjadi tiga bagian. Pada tahun 1947, di tengah meningkatnya ketegangan antara warga Palestina dan milisi Zionis, PBB memutuskan untuk membagi Palestina menjadi negara-negara Yahudi dan Arab dan kota Yerusalem yang diperebutkan akan berada di bawah kendali internasional.

KEMERDEKAAN ISRAEL

Dengan dibaginya tanah Palestina menjadi 3 bagian, 55% untuk Yahudi, 45% untuk Palestina, dan kota Yerusalem sebagai wilayah internasioal, maka pada tanggal 14 Mei 1948 bangsa Yahudi mendeklarasikan kemerdekaannya dengan nama negara Israel, dengan David Ben Gurion sebagai Perdana Menteri pertamanya.

sidang pada saat deklarasi kemerdekaan israel, 14 Mei 1948

naskah proklamasi kemerdekaan israel

Dan ini sangat tidak menyenangkan hati bangsa-bangsa Arab. Karena walaupun Israel mendapatkan wilayah tersebut secara hukum internasional, secara sejarah bahwa tanah tersebut adalah tanah nenek moyang mereka, bahkan mereka 'membeli' tanah tersebut, tapi itu sangatlah tidak adil dan menyakitkan hati.

Dalam pandangan bangsa Arab, Yahudi boleh saja mengatakan bahwa tanah tersebut adalah tanah nenek moyangnya ribuan tahun yang lalu, tapi ribuan tahun yang lalu itu mereka dimana? Kemana saja mereka 100 tahun, 200 tahun, 1.000 tahun yg lalu? Tanah ini sudah didiami oleh orang Palestina, dibangun, dan turun-temurun dari orang palestina sudah menempatinya. Bahkan nenek moyang orang palestina juga mati dan dikuburkan di tanah ini.

Menurut pandangan orang-orang Arab, Yahudi tidak bisa tiba-tiba datang dan mengambil tanah Palestina untuk dijadikan hak miliknya dan membuat sebuah negara. Dan juga kenapa Israel yg mendapatkan wilayah yang lebih besar? atas dasar apa membaginya?

Supaya bisa lebih memahami perasaan dan pandangan orang-orang Arab, coba kita misalkan jika hal itu terjadi kepada kita di Indonesia. Apa yang anda yang saya rasakan jika tiba-tiba ada orang yg mengaku, sebut saja orang orang Atlantis, yang tiba-tiba datang dan mengusir kita keluar karena mengklaim bahwa seluruh Nusantara adalah tanah nenek moyang mereka pada 5.000 tahun yang lalu. Begitulah kira-kira perasaan dan pandangan orang-orang Arab.

Untuk catatan, sejak tahun 1917, sejak Rothschild membeli tanah Palestina tersebut dari Inggris, bahkan pada akhir tahun 1800-an, sudah banyak orang-orang Yahudi yang kembali ke tanah Palestina, dan sejak saat itu sudah banyak terjadi konflik andara orang Yahudi dan orang arab di Palestina.

PERANG KEMERDEKAAN 1948

Perang ini terjadi hanya 6 jam setelah setelah proklamasi kemerdekaan 14 Mei 1948 pada jam 4 sore. 5 negara Arab, yaitu Mesir, Lebanon, Yordania, Irak, Suriah, ditambah dengan warga Palestina langsung menyerang Israel. Seolah-olah mereka ingin hari jadi Israel sekaligus menjadi hari mati. Negara-negara Arab tersebut menyerang dari berbagai arah, semua pengamat mengatakan Israel akan segera hancur.

Populasi gabungan negara-negara Arab pada waktu itu lebih dari 100 juta jiwa, sedangkan Israel hanya 500 ribu jiwa. Kekuatan bangsa-bangsa Arab jauh melebihi kekuatan Israel yg notabene secara harafiah memang benar-benar baru lahir.

peta Israel diserang dari segala penjuru oleh negara-negara Arab 

Tapi yang aneh dan luar biasanya, negara-negara Arab yang hebat-hebat ini tidak bisa mendesak Israel. Dari yang tadinya mereka mau menyerang, kini mereka malah sibuk mempertahankan daerahnya masing-masing yang dimasuki olah Israel. Pada akhirnya gencatan senjata dilakukan dan Israel memenangkan perang pada tanggal 7 Januari 1949.

Akibat dari perang tersebut, wilayah Israel menjadi bertambah luas sekitar 50% dari semula. Orang-orang arab Palestina mengungsi secara besar-besaran, dan mereka meyebut hari tersebut sebagai 'hari malapetaka', karena hampir 700.000 orang Palestina mengungsi.

Namun begitu, disisi lain, orang-orang Yahudi yang berkewarganegaraan negara Arab juga diusir dari negara-negara tersebut. Sejak saat itu, masalah ras sudah mulai terseret dalam konflik ini.

pengungsi Palestina di hari 'malapetaka'

Akibat kekalahan besar itu, negara-negara Arab kemudian membuat persetujuan untuk 'perang abadi' terhadap Israel. Sehingga sejak saat itu hingga tahun 1956 sudah ada lebih dari 3.000 kali bentrok dalam skala kecil.

PERANG SUEZ (KRISIS SUEZ) 1956

Singkat saja untuk perang ini, Krisis Suez adalah serangan militer Britania Raya, Prancis dan Israel terhadap Mesir yang dimulai pada tanggal 29 Oktober 1956. Serangan ini dilancarkan karena pada tanggal 26 Juli 1956, Mesir menasionalisasikan Terusan Suez setelah tawaran Britania Raya dan Amerika Serikat untuk mendanai pembangunan Bendungan Aswan dicabut.

Dari perang ini, Israel berhasil menguasai Sinai dari mesir, dan lagi-lagi wilayah Israel bertambah. 

jalur terusan suezz

PERANG 6 HARI 1967

Dari dua peristiwa perang sebelumnya, membuat Mesir dendam dengan Israel. Pada tahun 1967, Mesir, Syria, Yordania, merencanakan penyerangan besar-besaran terhadap Israel. Mereka mengajak negara-negara Arab lainnya untuk ikut serta dalam penyerangan tersebut.

Mendengar 3 negara Arab tersebut siap menyerang Israel, maka disambut dan didukung oleh, Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan, Libanon, Aljazair, Tunisia. Dalam perang ini, Mesir Lah otaknya, melalui presiden Mesir Gamal Abdul Nasser.

Dari segi kekuatan, tentu saja Israel tidak ada apa-apanya. Pada saat itu, Mesir adalah yang terkuat dari negara-negara Arab. Terutama angkatan udaranya, karena Mesir mendapat sokongan dari Uni Soviet.

Tapi sebelum negara-negara Arab menyerang, MOSSAD, intelijen Israel sudah mengetahuinya.
Kemudian Israel meneruskan berita tersebut ke Amerika, tapi Amerika tidak merespon.
begitu juga Inggris dan Prancis yang biasa mendukung Israel, juga tidak merespon.
Sekarang Israel harus berjuang sendiri melawan liga arab.

Rapat darurat dilakukan pada tanggal 5 Juni 1967 untuk menentukan langkah apa yang harus dilakukan, karena keadaan sudah sangat genting.

rapat darurat 5 Juni 1967

Akhirnya diputuskan, sebelum diserang, serang terlebih dahulu, hancurkan bandara. Seluruh pasukan diorganisir, terutama angkatan udara Israel. Dengan segera Israel melancarkan serangan pada pukul 07.45 ke semua bandara negara-negara Arab. Sebanyak 200 jet tempur Israel menghancurkan semua pesawat di bandara Mesir, Syria dan Irak, yang dipersiapkan untuk menggempur Israel.

Dalam 3 jam, Israel berhasil menghancurkan 18 bandara dari liga Arab. Akhirnya liga Arab bertempur tanpa angkatan udara, dan jet-jet Israel terus menyerang, mem-bom gudang-gudang senjata dan perbekalan milik liga arab.

Mesir kehilangan 300 pesawat tempur, Syria 60, Yordania 35, Irak 15, Lebanon 1, dan Israel sendiri telah kehilangan 19 pesawat tempurnya.

Walaupun demikian, liga Arab tidak kehilangan semangat, mereka tetap berteguh hati untuk terus berjuang. Teriakan penyemangat berkumandang di radio-radio, radio Baghdad berteriak "bunuh yahudi, bunuh yahudi!" radio Syria melakukan prediksi, "kami akan menghancurkan Israel dalam 4 hari". Radio Mesir juga menyiarkan keberhasilan mereka menembak jatuh pesawat-pesawat tempur Israel, sehingga rakyat Mesir bersorak-sorai dan pada hari itu sekolah-sekolah diliburkan untuk merayakan kemenangan. Sementara itu radio Israel juga memberitakan soal perang sengit serta mengumandangkan lagu 'the bridge on the river kwai'.

Moshe Dayan, mentri pertahanan Israel pada masa itu, jendral 'mata satu' Israel, memberikan pidato di radio untuk membangkitkan semangat tentara Israel.

moshe dayan si jendral mata satu

Sementara sibuk dengan Mesir, Israel memberikan pesan kepada Yordania supaya untuk tidak turut serta. Namun karena raja Yordania, yaitu Raja Husein, telah mendengar soal kemenangan Mesir yang disiarkan melalui radio, maka peringatan Israel tidak digubrisnya.

Tanggal 6 juni Israel menghadapi Yordania, dan pada tanggal 7 Juni Israel berhasil merebut kota Yerusalem dari Yornadia.

Sementara itu pertempuran di Sinai terus belangsung antara Israel yg didukung oleh Amerika dan Inggris, melawan Mesir yang didukung oleh Uni Soviet.

raja hussein, wafat 7 Februari 1999

Dengan direbutnya kota Yerusalem, maka ini merupakan kemenangan besar dan menjadi penyemangat semua pasukan Israel, kota yang telah lepas dari Israel sejak tahun 70, kini telah direbut kembali, maka mereka terus bertempur dengan semangat dan mental pemenang. Hasilnya, Sinai berhasil dikuasai, memenangkan pertarungan di udara dengan Syria dengan menjatuhkan 100 pesawat tempur Syria dan menguasai dataran tinggi Golan, jalur Gaza, dan laut merah.

Komandan perang pada sat itu, Yitzhak Rabin melaporkan hasil kemenangan kepada mentri pertahanan Moshe Dayan. Pada tanggal 11 Juni 1967, gencatan senjata, perang selesai dan merupakan kemenangan besar bagi Israel. Dengan demikian maka Israel semakin bertambah wilayahnya, hampir 3 kali lipat dari sebelumnya, Israel telah menguasai hampir semua kota dan wilayah pada masa kejayaannya dahulu, yaitu wilayah yang dikuasai pada masa kerajaan Yehuda, seperti kota Jericho, Hebron, Betlehem.

prajurit israel menangis di tembok ratapan dan sebagian lagi memasang bendera israel

PERANG YOM KIPPUR 1973

Kekalahan perang 6 hari dan perang-perang sebelumnya, membuat liga Arab seolah-olah memiliki dendam kesumat terhadap Israel. Sementara itu, kemenangan dalam perang 6 hari, membuat Israel menjadi kepala besar, merasa bangga, merasa tidak mungkin lagi bangsa Arab akan menyerang Israel. Namun mereka salah, karena secara diam-diam Mesir dan Suriah membicarakan untuk kembali menyerang Israel.

Tahun 1973 Mesir dipimpin oleh Anwar Al sadat, mengajak Syria, Yordania, Irak untuk sekali lagi perang melawan Israel dengan strategi baru yang disebut strategi 'bad information'. Anwar Al Sadat paham kalau intelijen Israel atau yang dinamakan Mossad sangat hebat dalam menangkap informasi.

Maka Mesir mengajak Syria, Yordania, Irak secara diam-diam untuk membicarakan penyerangan terhadap Israel. Berita ini ditangkap mossad dan di teruskan ke Israel. Sementara Israel bersiap-siap, Mesir, Irak , Yordania dan yang lainnya bergerak dengan pasukan penuh ke perbatasan Israel.

Karena pergerakan terebut, maka pemerintah Israel mengambil kebijakan untuk menghentikan semua kegiatan, setiap orang diminta untuk bersiap-siap berperang. Perdana Menteri Israel pada saat itu, Golda Meir menyuruh pekerja pabrik, petani, peternak, semua warga israel untuk berhenti bekerja dan siap berperang. Israel siaga satu.

Golda Meir, PM wanita Israel

Tunggu punya tunggu, tidak ada penyerangan sama sekali. Setiap kali tentara dari liga Arab ke perbatasan, hanya latihan perang dan kembali pulang, berkali kali seperti itu.
sampai pada akhirnya pemerintah Israel meragukan informasi dari mossad, dan negara sudah terlanjur mengalami kerugian besar. Selanjutnya ada 400 informasi dari mosad yang kemudian tidak ditindak lanjuti oleh pemerintah Israel.

Pada tanggal 19 Mei 1973, Anwar Al Sadat berkunjung ke Syria dan membicarakan penyerangan ke Israel dan menandatangani sebuah perjanjian untuk menyerang Israel.
Informasi kembali ditangkap mossad dan diteruskan ke pusat, namun tidak ada langkah dan tindak lanjut yang diambil oleh pemerintah Israel. 

Sampai di penghujung hari penyerangan, informasi terus berdatangan dari mossad, dan bahkan CIA juga telah memberitahukan pemerintah Israel bahwa Mesir dan Syria akan menyerang Israel. Tank, rudal, pesawat, semua persenjataan sudah masuk dari Soviet, bahkan data titik lokasi penyerangan sudah didapat. Namun lagi-lagi pemerintah Israel tidak melakukan apa-apa.

Mossad sangat khawatir, sampai pemimpin mossad pada saat itu langsung turun ke lapangan untuk mengecek semua informasi itu dan kemudian menyampaikannya kepada pemerintah bahwa perang akan dimulai dini hari nanti. Tapi seperti orang buta dan tuli, pemerintah Israel tidak mendengarnya, tidak melihatnya, mereka tidak menanggapinya.

Dini hari jam 2 pagi, 6 Oktober 1973, persis hari raya yom kippur, Mesir dan Syria menyerang Israel, dan Israel sama sekali tidak siap. Korban jatuh di pihak Israel sangat banyak, mossad 'menangis'. Israel porak poranda karena berikutnya pada 10 oktober Uni Soviet mengirimkan bantuan senjata untuk mesir dan Syria dari udara.

14 Oktober, Israel meminta bantuan dari Amerika. Tanggal 14 Oktober minta, tanggal 14 Oktober sampai. Dan pada tanggal 15 Oktober, Israel sudah bisa bertempur dengan pelengkapan dan kesiapan yg lebih baik. Kondisi berbalik, pasukan Israel berhasil masuk sampai 40 km ke dalam wilayah Syria, sampai ke Damascus. 16 Oktober, pesawat tempur Israel berhasil masuk ke wilayah Mesir dan menghancurkan instalasi penting Mesir dan kalau saja Israel mau, Kairo bisa ditaklukkan.

17–23 Oktober, pasukan Israel semakin berjaya, Soviet yang meyadari Mesir dan sekutunya tidak mungkin menang, meminta Amerika untuk gencatan senjata, dan Amerika setuju. Lagi-lagi Israel kembali menang. Setelah perang usai, pasukan Israel mundur dari Sinai dan dikembalikan ke pihak Mesir.

Golda Meir dan Moshe Dayan mengundurkan diri tidak lama kemudian.

Perang Yom Kippur adalah perang terakhir Israel dengan negara-negara Arab secara terbuka. Selanjutnya Israel berkonflik dan berperang dengan Hamas, hingga saat ini.


Yang terbaru adalah perang
 ISRAEL-HAMAS 2023.

Dengan semua kejadian diatas, kita bisa paham kenapa zionist Israel sangat 'berambisi' untuk menguasai palestina.

Palestina-Israel dari masa ke masa



Source:
Pengepungan Yerusalem (70)
Bait Allah (Yerusalem)
Perang Salib
Pogrom
Theodor Herzl
Der Judenstaat
Reformasi Protestan
Martin Luther
Kamp konsentrasi Auschwitz
Holokaus
Deklarasi Balfour
Pembentukan Negara Israel
1948 Arab–Israeli War
Krisis Suez
Perang Enam Hari
Perang Yom Kippur

Postingan Lama Beranda

Arsip Blog

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  Agustus (1)
      • don’t cry over spilled milk, but it still hurts
    • ►  Juli (1)
  • ►  2024 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2021 (3)
    • ►  Desember (2)
    • ►  April (1)

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts ๋࣭ ⭑⚝

  • the famous detective
  • jangan jadi perempuan
  • jika aku jadi dia

Label ࿐

  • something about feelings (2)
  • something fun (3)
  • talk to talk (5)
  • what the media doesn't say (2)

hallo 𐙚

hallo 𐙚

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi