dialog favorit



Play Song: Linkin Park - Numb

Hai semua, waktu ngga kerasa sudah tahun 2023 aja. Sekarang ini aku sedang liburan semester dan kegiatan favorit ku selama liburan tak lain dan tak bukan adalah nonton, makan, dan main (the real beban).

Dan akhir-akhir ini aku sedang nonton drama Korea yang judulnya My Liberation Notes. Aku suka sekali drama ini karena genrenya itu slice of life, cocok denganku yang maunya live in reality. Jadi, gak ada tuh para flower boy dengan logika seujung kuku kalau jatuh cinta.

Yang menarik dari drama ini dan iinginku bahas adalah satu dialog antara pemain utama yang membuatku cukup menarik dan mengingatkan banyak hal.

dialognya seperti ini


"Dahulu, aku pernah melihat TV. 

Bahwa, ada jurang yang sering dipakai untuk bunuh diri di Amerika. 

Lalu, ada yang mewawancarai orang-orang yang selamat setelah melompat. 

Jawaban mereka semua sama, jika sudah terjatuh sampai dua pertiga jurang itu, apapun yang membuatmu ingin bunuh diri terasa sepele. 

Padahal sampai beberapa detik lalu, kau merasa harus mati agar masalahmu selesai.

Namun, hanya dalam beberapa detik perasaan itu mulai terasa sepele. 

Kukira dia akan merasa begitu juga. 

Jadi, kukatakan kepadanya "bagi orang yang merasa hidupnya begitu menyiksa, mendapatkan terapi tanpa perlu melompat dari jurang mungkin akan membuatmu merasakan seperti apa rasanya melompat dari sana. 

Jadi, kau harus menemui Psikiater" aku bilang itu padanya. 

Namun, dia malah melompat dan mati"


Memang butuh waktu beberapa kali bagi beberapa orang termasuk aku untuk mencerna dialog ini karena kalimatnya menggunakan dua perbandingan.

Dalam dialog ini, Mr. Gu yang diceritakan sebagai laki-laki pendiam yang irit bicara, bercerita kepada Yeom Min Jeong tentang masa lalunya. Dia meberitahu tentang mantan kekasihnya yang menderita depresi berat. Orang yang sedang mengalami depresi berat tanpa mereka sadari, mereka selalu terdengar seperti mengeluh kepada orang yang dipercayainya. Sebagai gambaran, Mr. Gu bukanlah laki-laki yang suka mendengarkan orang lain bahkan untuk hal-hal sepele sekalipun. Dia benci kehadiran orang lain ditambah lagi mantannya yang setiap hari mengeluh membuat dia semakin  muak. Mr. Gu mempunyai masalah depresi yang dia lampiaskan dengan cara minum alkohol sebanyak-banyaknya. Karena dia merasa saat dirinya mabuk saat itu juga dirinya benar-benar sadar. Sebagai alkoholik yang apatis dengan perasaan orang lain, dia berusaha membantu pacarnya saat itu agar bisa terbebas dari depresi. Dia ingin pacarnya juga punya pelampiasan untuk depresinya selayaknya dia punya alkohol untuk membuatnya tetap waras.

Dia menyuruh pacarnya untuk pergi ke Psikiater dengan menggunakan perbandingan cerita dokumenter melompat dari jurang. Kata-kata melompat dari jurang bisa juga sebagai metafora dari mencari bantuan atau diartikan mentah-mentah seperti menyuruh untuk bunuh diri. Bagi Mr. Gu, disini dia hanya ingin pacarnya pergi ke Psikiater. Dia tau seperti apa rasanya depresi dan selalu dihantui perasaan ingin mati. Tapi, dari apa yang pernah dia tonton perasaan ingin mati itu hanya sebuah ilusi, jika dia benar-benar melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari jurang maka masalahnya akan terasa ringan. Dia memberikan saran kepada pacarnya untuk melompat ke jurang atau pergi ke Psikiater. Semuanya punya efek yang sama yaitu keadaan dimana pikiran kita mulai mendoktrin kalau masalah kita itu sepele.

Sayangnya, pacarnya itu memilih untuk bunuh diri dengan cara melompat. Baginya, lebih mudah melompat daripada pergi ke Psikiater. Orang depresi selalu merasa lelah bahkan saat dia tidak melakukan apapun. Pergi ke Psikiater dan menceritakan masalahnya, memikirkan sesuatu yang dia tidak tau dimana sebabnya, itu semua hal yang sulit bagi orang depresi. Ditanya apa yang sebenarnya terjadi padahal dia sendiri tidak tau dengan apa yang terjadi dalam dirinya. Jiwanya seperti mati lampu sehingga dia harus meraba-raba bagian-bagian sensitif untuk mencari dimana letak lukanya itu. Pergi ke Psikiater juga membuatnya harus meminum obat penenang yang efeknya juga berat. Bangun pagi melihat matahari saja terasa sulit apalagi harus berjalan dan meminum obat hanya untuk menenangkan dirinya. Baginya, lebih mudah untuk melompat dan mati toh keduanya memiliki hasil yang sama. Untuk apa susah payah memiliki pikiran yang tenang dengan pergi ke Psikiater jika ia punya pilihan tinggal lompat saja dari jurang. Hal ini tidak Mr. Gu pertimbangkan sebelumnya, jadi walaupun dia berniat menyelamatkan pacarnya dari jurang depresi tanpa sengaja dia justru mendorong pacarnya masuk ke jurang tersebut.

Majas metafora terdengar seperti kalimat perintah bagi orang yang pikirannya sedang berada di dalam kegelapan. Kita bisa mengatakan ratusan kalimat positif dan mungkin nantinya hal itu akan terdengar seperti toxic positivity dan ketika kita mengatakan hal buruk maka efeknya bisa jauh dari apa yang kita perkirakan. Kurang lebih rasanya seperti makan buah simalakama. Dalam kasus ini, kita ngga bisa 100% menyalahkan Mr. Gu karena pikirannya juga berada dalam kegelapan. Dia membantu dengan apa yang dia tau dan perlu diketahui juga kalau Mr. Gu tidak punya latar belakang pendidikan dalam bidang psikologi atau kejiwaan manusia. Jadi, dia akan mengatakan apa yang dia tau berdasarkan pengalamannya dan hal itu bersifat subyektif.

Hal itu sama seperti orang-orang yang menganggap bahwa mendidik anak dengan kekerasan dapat membantu anak untuk menjadi lebih kuat, padahal tidak sama sekali. Lagi-lagi kalimat seperti itu keluar karena mereka tidak mendalami ilmu psikologis dan kejiwaan. Mereka secara subyektif mengatakan hal tersebut karena menganggap apa yang mereka alami merupakan sebuah kebenaran absolut yang juga berlaku untuk semua orang.

Dari dialog diatas, mengingatkanku akan kasus di Amerika yang kurang lebih sama. Michelle Carter dipenjara kurang lebih satu tahun karena menyuruh kekasihnya (Conrad Roy) untuk bunuh diri. Pengadilan menjatuhkan sanksi penjara baginya karena telah menuntun secara detail kekasihnya untuk bunuh diri.

Dalam salah satu pesan teks, Carter menyindir Roy yang selalu mengatakan untuk bunuh diri tapi Roy tidak pernah benar-benar melakukannya. Adrenalinnya terasa dipermainkan, satu waktu Roy akan mengatakan bahwa dia akan menghilang dan tidak ditemukan lagi dan beberapa saat kemudian Roy datang lagi dan mengatakan bahwa dia berubah pikiran. Terus aja seperti itu. Untuk orang yang juga memiliki masalah kesehatan mental, mendengarkan orang lain yang selalu mengatakan untuk bunuh diri pasti melelahkan. Terdengar jahat tapi memang seperti itu. Namun, bagi orang yang mengalami depresi didengarkan aja rasanya seperti diberi kemewahan. Roy mengajak Carter untuk bunuh diri bersama namun Carter menolak. Akhirnya Roy bunuh diri dan Carter dihukum atas keputusan itu. Kasus ini lebih rumit dari apa yang gue tulis secara singkat ini.

Antara apa yang aku tonton di drama tentang Mr. Gu dan apa yang aku baca tentang Carter keduanya memiliki alur yang hampir sama tapi tujuan yang beda. Mr. Gu muak mendengar pacarnya selalu mengeluh setiap hari, dia saja menjadi seorang alkoholik agar bisa lepas dari depresi. Begitupun Carter, dia diresepkan obat oleh Psikiater yang mana artinya untuk dirinya sendiri saja dia butuh bantuan untuk menjalani hidup ditambah lagi dirinya harus menjadi support system bagi pacarnya yang mengalami hal yang sama. Beban ganda ada dipundaknya yang menuntunnya menjadi seseorang yang kejam. Bukan malah sembuh bersama, keduanya malah sama-sama menggali kuburannya sendiri. Semua orang menyalahkan Carter atas kematian Roy tapi pengacaranya membantah bahwa selama dua tahun sebelumnya Carter sudah berusaha membantu Roy yang selalu ingin bunuh diri tapi sepertinya Roy berada dalam jurang tak berdasar sehingga sangat sulit baginya untuk ditolong. Dalam My Liberation Notes, kakak dari pacarnya Mr. Gu menyalahkan Mr. Gu atas apa yang terjadi tanpa melihat bahwa dirinya sebenarnya hanya ingin memberi saran. Dia bukan orang yang suka berbicara dan mendengarkan keluhan setiap hari membuatnya merasa seperti disiksa. Mr. Gu ingin membantu padahal dia sendiri butuh bantuan. Pada akhirnya niat membantu itu malah berujung pada petaka yang semakin membuatnya tumbuh menjadi seseorang yang pendiam. Saat pacarnya meninggal, Mr. Gu tidak menangis sama sekali. Pikirannya campur aduk antara menyalahkan kata-katanya atau merasa lega karena beban gandanya berkurang satu.

Dialog itu sangat berkesan bagiku karena aku pribadi merupakan orang yang dikelilingi dengan orang-orang yang mengalami perasaan seperti berada dalam kegelapan. Berbeda dengan banyak adegan drama Korea lainnya yang diceritakan sebagai cerita tidak masuk akal dan jauh dari realita tapi nyatanya dialog diatas seperti memberikan kenyataan yang ada di masyarakat. Di beberapa media sosial selama beberapa tahun belakangan, memiliki masalah kesehatan mental menjadi bahan romantisasi tapi dialog diatas justru membuktikan sebaliknya dan hal tersebut pernah juga terjadi dalam kehidupan nyata yang dicerminkan seperti kasus Roy dan Carter. Tanpa kita sadari, terkadang apa yang kita katakan bisa berdampak negatif kepada orang lain.

Source:

My Liberation Notes Ep. 9 menit ke 45

Death of Conrad Roy



0 Comentarios